Perpisahan hanya untuk orang-orang yang mencintai dengan matanya – Jalaluddin Rumi
Ketika berbicara tentang perpisahan, banyak orang merasa sedih dan kehilangan. Namun, Jalaluddin Rumi memiliki sudut pandang yang berbeda tentang perpisahan. Beliau berkata:
“Perpisahan hanya untuk orang-orang yang mencintai dengan matanya. Karena untuk orang yang mencintai dengan hati dan jiwanya, tidak ada kata perpisahan.”
Quote ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak terikat oleh jarak atau perpisahan fisik. Jika kita mencintai dengan hati dan jiwa, maka keberadaan seseorang tetap hidup dalam diri kita, meskipun secara fisik mereka tidak lagi ada di dekat kita.
Cinta yang Hakiki
Dalam Islam, cinta sejati adalah cinta yang berlandaskan kepada Allah. Ketika kita mencintai seseorang karena Allah, maka hubungan itu tidak akan berakhir hanya karena perpisahan duniawi. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)
Ayat ini menunjukkan bahwa kasih sayang yang berasal dari Allah tidak akan pudar oleh perpisahan. Jika hubungan dibangun atas dasar iman dan kebaikan, maka cinta tersebut akan abadi, bahkan hingga akhirat.
Di lain waktu Rumi berkata:
“Jangan mencari cinta di luar, cinta ada di dalammu sendiri. Kembalilah ke dalam dirimu, temukanlah cinta sejati.”
“Cinta adalah bahasa yang tiada kata-kata, hanya hati yang bisa merasakannya.”
“Tugas kita bukanlah untuk mencari cinta, tapi sekadar untuk mencari dan menemukan segala penghalang di dalam diri sendiri yang kita bangun untuk menahan cinta itu.”
Mencintai dengan Hati dan Jiwa
Rumi ingin menyampaikan bahwa cinta sejati bukan sekadar ketertarikan fisik atau kedekatan secara duniawi. Cinta yang sejati adalah ketika kita merasakan keberadaan seseorang dalam hati, meskipun secara fisik mereka telah pergi. Cinta seperti inilah yang menghadirkan vibrasi hati positif dan mampu menebarkan energi positif disekitarnya.
Rasulullah ﷺ juga pernah bersabda:
“Tiga hal yang jika ada pada diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari apa pun, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa cinta yang sejati bukanlah sekadar cinta duniawi, tetapi cinta yang berasal dari hati dan berlandaskan iman.
Cinta yang Tidak Pernah Berakhir
Ketika kita mencintai seseorang dengan jiwa, kita memahami bahwa kehidupan ini hanyalah perjalanan sementara. Jika kita mencintai karena Allah, maka kita percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian di mana kita bisa bertemu kembali dengan orang-orang yang kita cintai. Dengan demikian, tidak ada yang benar-benar berpisah, karena semua akan bertemu kembali dalam kasih sayang-Nya.
Kesimpulan
Rumi mengajarkan bahwa cinta sejati tidak terikat oleh batasan duniawi. Jika kita mencintai dengan hati dan jiwa, maka perpisahan hanyalah ilusi. Dalam Islam, cinta yang hakiki adalah cinta yang berlandaskan iman dan kasih sayang dari Allah. Oleh karena itu, ketika kita menghadapi perpisahan, ingatlah bahwa cinta yang tulus akan tetap hidup dalam hati, dan pertemuan kembali akan terjadi di dunia yang lebih kekal.
Semoga kita semua dapat mencintai dengan hati dan jiwa, agar tidak ada kata perpisahan yang benar-benar menyakitkan. Aamiin.